Jumat, 22 Oktober 2010

waspada ANEMIA

Anemia di definisikan sebagai penurunan volume/jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang erlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL), sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubanah patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang diteliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang. Manifestasi klinik timbul tergantung pada:
1. Kecepatan timbulnya anemia
2. umur individu
3. Mekanisme kompensasi tubuh
   Seperti: peningkatan curah jantung dan pernapasan, meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasma, redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
4. tingkat aktivitas
5. Keadaan penyakit yang mendasari
6. Parahnya anemia tersebut
            Anemia aplastik adalah gangguan hematopoesis yang ditandai oleh penurunan produksi eritroid, myeloid dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibatnya adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai adanya keganasan sistem hemopoid atau kanker metatastik yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi pada satu, dua, atau tiga sistem hematopoesis. Aplasia yang hanya mengenai sistem eritropoetik disebut anemia hipoplastik (eritroblastopenia), yang hanya mengenai sitem granulopoetik disebut agranuloitosis, sedangkan yang hanya mengenai sistem megakariosit disebut purpura trombositopenik amegakariositik (PTA). Apabila mengenai ketiga sistem tersebut disebut anemia aplastik (Sadikin 2002).
            Menurut The international Agranolositosis and Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut bahwa anemia aplastik apabila kadar hemoglobin ≤ 10 g/dl atau hematokrit ≤ 30, trombosit ≤ 50.000.m3, leukosit  ≤ 3500/m3 atau granulosit ≤ 15x109/l.

Etiologi
            Secara etiologi, penyakit ini dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu:
a.    Faktor kongenital/anemia aplastik yang diturunkan
Sindroma Fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal, dan sebagainya.
b.    Faktor didapat
Sebagian anemia aplastik didapat bersifat idiopatik, sebagian lainnya dihubungkan
Dengan:
-Bahan kimia: benzene, insektida
-Obat: kloramfenikol, anti rematik, anti tiroid, mesantoin (antikonvulsan sitostatika)
-Infeksi: hepatitis, tuberculosis milier
-Radiasi: radioaktif, sinar rontgen

Patofisiologi
            Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini, patofisiologi anemia aplastik belum diketahui secara pasti. Terdapat 3 teori yang dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini, yaitu:
a.    Kerusakan sel induk hematopoetik.
b.    Kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang.
c.    Proses imunologik yang menekan hematopoesis.
Keberadaan sel induk hematopoetik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 34, atau dengan biakan sel.

Manifestasi Klinis
a.    Lemah dan mudah lelah
b.    Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri
c.    Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
d.    Pucat
e.    Pusing
f.      Anoreksia
g.    Peningkatan tekanan sistolik
h.    Takikardia
i.      Penurunan pengisian kapler
j.      Sesak
k.    Demam
l.      Purpura
m.   Petekie
n.    Hepatosplenomegali
o.    Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)
Anemia (pucat)
· Akibat retikulositopenia : kadar Hb,Ht dan eritrosit rendah
· Akibat anemia : anoreksia, pusing.
Aplasia granulopesis
Granulositopenia, leucopenia
Panas (demam)
· Panas terjadi karena infeksi sekunder akibat granulositopenia.
Aplasia trombopoetik
Trombositopenia
Diatesis hemoragi
· Perdarahan dapat berupa ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi.
Relatif aktif limfopoesis
Limfositosisa
–· Limfositosis biasanya tidak lebih dari 80%

Penatalaksanaan
a. Implikasi keperawatan
· Pencegahan infeksi silang
· Istirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak
· Tempatkan anak pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi serebral
· Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan
· Berikan dukungan emosional kepada orang tua dan anak
· Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan orang tua dan anak Berikan informasi adekuat mengenai keadaan, pengobatan dan kemajuan kesehatan anak serta bimbingan untuk perawatan dirumah.
(Pillitteri.2002.Hal:246)

Tindakan Kolaborasi
1.    Medikamentosa :
Prednisolon (kortikosteroid) dosis 2 – 5 mg/kgBB/hari per oral ; testoteron dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB/hari secara parenteral ; testoteron diganti dengan oksimetolon yang mempunyai dayaanabolic dan merangsang system hemopoetik lebih kuat, dosis diberikan 1 – 2 mg/kgBB/hari peroral. (Ngastiyah.1997.Hal:364)
Untuk pasien dengan neutropenia sebagai abnormalitas dominant, efektif diberikan myeloidgrowth factors G-CSF (filgastrim) dengan dosis 5µg/kg/hari atau GM-CSF (sargramostim)dengan dosis 250 µg/m2/hari untuk meningkatkan angka neutrofil dan menurunkan infeksi.(Tierney.2003.Hal:96)
2.    Transfusi darah : diberikan jika diperlukan saja karena pemberian transfusi darah terlampau sering akan menimbulkan depresi sumsum tulang atau akan menimbulkan reaksi hemolitik sebagai akibat dibentuknya antibodi terhadap sel – sel darah tersebut.
3.    Pengobatan terhadap infeksi sekunder
Untuk mencegah infeksi sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang steril. Pemberian obat antbiotika dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak bolehdiberikan.
· Makanan : umumnya diberikan dalam bentuk lunak. Jika harus menggunakan NGT harus hati-hati karena dapat menimbulkan luka / perdarahan pada waktu pemasangan.
(Ngastiyah.1997.Hal:365)
4.    Transplantasi sumsum tulang : sumsum tulang diambil dari donor dengan beberapa kali pungsi hingga mendapatkan sedikitnya 5 x 108 sel berinti / kgBB resipien. Keberhasilan pencangkokan terjadi dalam waktu 2 hingga 3 minggu.

Konsep dasar Asuhan Keperawatan Anemia Aplastik
1.    Pengkajian
a.    Aktivitas / Istirahat
· Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
· Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
· Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
· Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
· Ataksia, tubuh tidak tegak
· Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan
keletihan
b.    Sirkulasi
· Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
· Palpitasi (takikardia kompensasi)
· Hipotensi postural
· Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T· Bunyi jantung murmur sistolik
· Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku
· Sclera biru atau putih seperti mutiara
· Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi kompensasi)
· Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
· Rambut kering, mudah putus, menipis
c.    Integritas Ego
· Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah
· Depresi
d.    Eliminasi
· Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
· Flatulen, sindrom malabsorpsi
· Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
· Diare atau konstipasi
· Penurunan haluaran urine
· Distensi abdomen
e.    Makanan / cairan
· Penurunan masukan diet
· Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
· Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
· Adanya penurunan berat badan
· Membrane mukusa kering,pucat
· Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis
· Stomatitis
· Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f.     Neurosensori
· Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
· Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
· Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
· Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
· Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
· Epistaksis
· Gangguan koordinasi, ataksia
g.    Nyeri/kenyamanan
· Nyeri abdomen samar, sakit kepalah. Pernapasan
· Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
· Takipnea, ortopnea dan dispneai. Keamanan
· Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen
· Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
· Transfusi darah sebelumnya
· Gangguan penglihatan
· Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
· Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
· Limfadenopati umum
· Petekie dan ekimosis
2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
c.    Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.
d.    Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan
e.    Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Diet
            Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan berat badan yang stabil
Kriteria hasil :
· Asupan nutrisi adekuat
· Berat badan normal
· Nilai laboratorium dalam batas normal :
Albumin : 4 – 5,8 g/dL
Hb : 11 – 16 g/dL
Ht : 31 – 43 %
Trombosit : 150.000 – 400.000 µL
Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012
Intervensi :
1) Observasi dan catat masukan makanan anak.
 untuk mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering
. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi.
3) Observasi mual / muntah, flatus.
 gejala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
4) Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan
yang lembut. Meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan
rapuh/luak/perdarahan.
5) Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin.
Untuk mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
6) Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi
. Bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.
7) Berikan suplemen nutrisi mis
alnya : ensure, Isocal. Untuk meningkatkan masukan protein dan kalori.

Daftar Pustaka
 1.   Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta
 4.   Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar